"LENYAP
Semenja september dan massa sang gilar-gilar
Titik demobilisasi akhir perkelanaan di tanah jawa
Hanyut memungut separuh serpihan yang tertinggal
Leluasa mengecup aspal basah sisa oktober musim lalu
Beringin kukuh ditengah padang tiada tergoyah
Persis ikrar sira menjelang senja ramdhan silam
Sang ranting mengawai manja akan gerai es disikunya bertapak
Kedai melegenda yang konon sering sira sambang kala luang
Tak lalai sang maung reot menyapa sanda dengan taring pisaunya
Menyidak singkat apakah ini anak dara musim lalu?
dimana bujang darmawan bernetra teduh itu agaknya
Sira berakhir lenyap kakek, sejajar arus air waduk mediator kota
Berkelana nian jauh memburu angan-angan barunya
Sang dirgantara selalu tahu sentimen sanda akhir akhir ini
Mencoba bertabiat sewajarnya diatas puing kebinasaan
Desauan kecil sejajar dengan deruan aspirasi milik sanda
Siluet bayangan sejarah dipaksa diputar kembali
Serpihan album yang tertimbun seakan mendobrak untuk muncul
Sederet gundah gulana lalu lalang melintas di benak sanda
Larik apakabar mendesak sanda bertamu
meneggur semacam hari hari indah lalu
Agar kembali bertukar cerita setiap harinya
Tapi...
Sanda terlalu fana untuk menuntut durasi
Tiada kealpaan dipusat sira dan sanda
Sanda dengan segenap rasa egois
Dan sira dengan ulah apatisnya
Kuasa sungguh selalu absah dengan suratanya
Sanda dan sira disambung sekadar untuk belajar bukan sejajar"
EmoticonEmoticon
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.