Puisi ini adalah puisi salah satu peserta lomba puisi tingkat nasional yang lolos kurasi dan naskah ini akan dibukukan ke dalam buku yang berjudul :
SEMUA PESERTA NASKAHNYA DIBUKUKAN
πPEMESANAN KLIK LINKπ
πππππππππ
https://wa.me/message/VWQPOQPG6YYWA1
"AKU..
"Mengunyah Falsafah Budaya dalam Semangkuk Soto
Bulir hujan membasuh angan pada telatah waktu berpuluh tahun lalu
saat mula kutimba ilmu memasak soto ayam
budaya kuliner yang sedari lampau terwarisi – dari para umbu
”tunggu air mendidih dulu, baru masukkan ayamnya
lalu bubuhkan garam, cemplungkan serai, daun jeruk, dan daun salam
agar sedapnya merasuk ke setiap ceruk,”
tutur ibu dengan suara selembut sepoi membelai pipi
sementara kukusan nasi pulen menguar aroma pudak pandan wangi
tangan ibu lincah menarikan sutil, menumis bawang dan rempah
harumnya membuat asam lambung membubung, sayap lapar menggelepar
”jangan lupa menabur benih syukur dan menyiramkan tirta doa
‘gar hidanganmu memanen puas selera
kala lidah pelanggan mengeja larik-larik kelezatannya,”
kata-kata ibu seperti mantra mustajab, gaungnya tak pernah senyap
Falsafah hidup ibu mengejawantah dalam setiap lmangkuk soto
budaya seni boga yang digemari kaum murba
kulum senyum ibu bak sedap serutup kuah berkepul asap
hangat palamartanya seperti perindu bagi pelanggan untuk berduyun datang
tak ubahnya nektar-madu yang memikat hadirnya kawanan kupu dan kumbang
karakter dikara ibu merupa padu bumbu yang menggelitik selera
semuanya sepadu dengan suwiran daging ayam kampung
diramaikan taburan tauge, irisan telur, daun bawang, seledri, dan bawang goreng
perasan jeruk nipis plus kecap-cabai jadi pelengkap paripurna
hm … perisa nikmat citarasanya mengungguli hidangan istana raja
lantaran ada runtai kasih dan unting doa dalam setiap mangkuknya
rampai bumbu mencandrakan sedapnya kebinekaan dalam persatuan
dielukan gempita tetabuhan gendang dan dendang ceria kelenjar-kelenjar rasa
kata orang, bisa lupa mertua ketika asyik menikmati sedapnya
denting sendok di mangkuk menepis ingatan deru seteru Rusia-Ukraina
sejatinya, soto memang hadirkan damai – di hati dan cecap nan tak terucap
Hamparan telaga suci yang arusnya menghilir ke jantung adalah ibu
tempat nyamanku merebah segala gundah
lapakku becermin, menelaah deret noktah sejarah hidupku
yang acap lalai mengunggah tabah
hingga rona memerah malu membalur wajahku
ibu, meski kau telah terbaring di samping ayah, lelap di pusara
selalu kuingat sujud-telutmu saat fajar masih berselimut kabut
kaulangitkan doa untukku dengan merebas air mata tiada putus
getar haruku oleh gemuruh aliran cinta kasihmu tiada pupus
pipimu basah menantikan tibanya ijabah
berkat doamu, aku mampu nguri-uri warisan budaya boga yang menjelata
Kini aku menyanding belahan jiwa dan malaikat mungil yang bermahkota puspa cinta
bersyukur, lantaran warisan budaya boga darimu tak pernah luntur
ruah falsafahmu menazamkan Warung ”Ngadi Roso” ke puncak kondang – laris manis
menghidupi seluruh keluarga dan karyawan setia
menyantuni anak piatu dan penghuni panti wreda
permata petuah dan nasihatmu senantiasa berpendar di lubuk jiwa
menggesa aku seruakkan tanya
apakah kebinekaan soto racikanku ikut menggoda seleramu di keabadian sana?
aku belaka utarakan kangen bersenda seperti dulu kala
kuyakin, kau mafhum sembari mekarkan senyum
atas canda ria anandamu tercinta
yang setulus hati, seikhlas kasih mempersembahkan
sekuntum bunga budaya boga bagi anak bangsa
dan beribu rimbun rindu untukmu
"
EmoticonEmoticon
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.