
Titik Hayat
Sunyinya malam
Tak menentukan redupnya kehidupan
Suara alam saling bercengkrama kali ini
Angin dan langit pun enggan tak terjun
Wahai sang Cahaya di malam hari
Yang indah nan menenangkan
Sang Bulan, kau dimana?
Lihatlah ada perayaan disini, kemana perginya dirimu?
Lalu,
Kemana perginya tetangga jauhmu?
Yang selalu diharapkan jatuhnya agar tercapai harapannya
Sang Bintang, kau pun dimana?
Apakah langit tengah marah padamu?
Atau langit sedang sibuk menggodamu karena keindahanmu?
Muncullah, banyak pihak menunggumu
Begitupun aku,
Seorang manusia yang meraung meminta keindahan
ditengah gulana sergap kegelapan
Ku katakan,
Gelap ini kurasakan begitu dingin
Kurasakan sangat dalam pula
Sangat sesak berada di dalamnya
Apakah gelap ini ingin menyakitiku?
Atau diriku sendiri yang menyakitiku?
Atas hidup yang kelam ini
Bulan! Bintang! Kalian tidak dipihakku.
Kumenderita ditelan hausnya kegelapan.
Ku panggil saja ciptaan Tuhanku yang tak pernah kalah dari paras indahmu itu.
FAJAR! Sang Matahari!
Ayolah, aku menunggumu!
Ku yakin kau tak seperti bulan dan bintang
Bukankah begitu?
Terbitlah! Aku menunggumu, kehangatanmu, dan kenyamananmu
Lihat!!!
Semuanya tak pernah peduli bahkan enggan melihat akan kehancuranku
Aku tenggelam sudah dilahap kegelapan
Semuanya sudah tampak suram, dan kalian.
Bulan bintang bahkan kau Fajar, tak kunjung datang
Angin menghembuskan diriku
Menghempas roh yang menguasai raga berdosa ini
Bayanganku perlahan hilang, tak tampak
Dilahap kegelapan, tak ada cahaya
Adakah kehidupan?
EmoticonEmoticon
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.