Titik Ambigu
Tidak sebentar setelah senyummu mengalahkan ego luka
Bibit juang tidak tertanam, tiba-tiba tumbuh serupa bunga
Mengakar pada sekujur tubuh lalu bisu
Hingga mulut pasrah pada hasrat menderu
Usia kita masih ibarat jagung tua
Namun angan tentu serupa pohon surga
Melainan iblis berkulit hitam mampu membisik
Mendahuluiki, dan bunga itu tinggal putik
Sekalipun hujan malam ini menyerupai airmata
Aku tetap berpangku di titik lemah keambiguan
Haruskah aku mematung di antara banyak orang
Atau tanpa hirau pada lampu hati di persimpangan jalan?
EmoticonEmoticon
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.