
Tercekat
Tanggal maupun hari selalu bertambah dan berganti.
Namun, bagi ""ia"" itu semua tak ada arti.
Kerongkongan yang terasa selalu menelan,
padahal sedang di tekan.
Setiap tersadar, ia berharap bahwa tak lagi diundi.
Setiap tersadar, ia berharap tak lagi dipilih.
Dan, setiap tersadar ia berharap telah berpulang diri.
Manusia bersuara
""kenapa kau?""
""tak apa apa"" kata yang sering ku suarakan.
Rasanya seperti sedang di hancurkan perlahan lahan.
Ia binasa setelah mati.
Karna bagi ia, mati bukanlah elegi
Namun, berkah dari ilahi.
EmoticonEmoticon
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.