TEPIAN LARA

TEPIAN LARA


Lirih angin menghantam tubuhku,

Rintik hujan juga mulai memarahiku,

Hanya genangan yang kutatap sebagai saksi,

Bahwa alam pun seakan memusuhi;


Berjalan seorang diri di tepian lara,

Meninggalkan jejak rapuh sementara,

Bertemani gemuruh langit yang tak lagi ramah,

Aku tetap berjalan tanpa tau dimana arah;


Sepertinya dunia sedang menghakimiku,

Manusia yang sedang kehilangan asa,

Terdiam dalam ruang waktu yang beku,

Menunggu hilang tanpa ada yang tahu;


Aku yang katanya kuat,

Nyatanya hanya dipaksa untuk bertahan,

Aku yang katanya penuh harapan,

Nyatanya dalam harap aku dijatuhkan;


Aku masih sanggup berdiri dengan tegap,

Meski kesakitan dibantai oleh semesta,

Aku masih sanggup membendung sedih,

Meski sebentar lagi pundakku akan patah;


Semesta seperti sengaja menyengsarakan,

Hati yang dianggap kuat untuk bertahan,

Mungkin ini skenario Tuhan,

Untuk mengembangkan hati yang selama ini berpura-pura untuk tegar;


Ya, aku masih disini, 

Di tempat ini,

Dengan derita yang tak lekas menemui titik usai.

Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.