SAJAK PANDEMI (Kepulangan Biyung)

 

Puisi di bawah ini adalah puisi peserta lomba cipta puisi tingkat nasional. Puisi ini telah lolos kurasi dan akan diterbitkan dalam buku yang berjudul,"Find It" 



SAJAK PANDEMI (Kepulangan Biyung)


Dari sepoi angin yang melumat punggung manuskrip naskah-naskah tua;


/1/ Weling Biyung


""Nduk, hidup itu tidak melulu tentang siapa yang berjuang dan siapa yang menang. Barangkali itu memang hal yang menyakitkan bila hasil acap kali diliputi keculasan.Tetapi hal yang mesti dipahami, keikhlasan dan perjuanganmu itu pasti diganti dengan hal yang lebih baik di hari-hari berikutnya,""


tutur Biyung sebelum beliau berpulang. Ia direnggut pandemi yang telah asik bermuara berbulan-bulan di pringgitan kota majaprada. Lakonnya puguh menatah sisa-sisa dahaga pedagang kaki lima atau bahkan kantong kepala keluarga.


Persis. Masif seolah membekukan kota yang telah jutaan windu dialiri sesak asap kendaraan beroda-roda. Atau selama berdasawarsa telah melepasliarkan selaksa binal remaja pengadu roda besi yang memilih sibuk mengepul dadu ketimbang memikul asamnya merajut ilmu.


/2/ Pongahnya Pandemi


""Pandemi ini, pongah,"" kataku.


Aku mulai dari bilik-bilik isolasi. Mereka tanam gundah Biyung di derak jam dinding. Sedang mulutnya disumpal kawanan rindu. Di sisa ajalnya pun, kami hanya bisa mematung menatap punggung-punggung ber-hazmat membawa tubuhnya. Pandemi ini seakan menelan setengah hidup kami.


Pun seantero bumi. Menjelma menjadi klandestin dan mewartai posko-posko ronda di kala sumbang. Mereka seperti menggelar perhelatan kemudian meninggal lara, menyita jarak, dan merenggut asa. Lantas kami harus bagaimana, Biyung?


Apakah kami harus senantiasa bercokol meramu sajak-sajak sebab kepulanganmu? Kami telah relai. Menjagai nasi kebuli kemarin sore lewat renta-renta tanganmu yang bisu. Lantas menemui tubuhmu yang telah sibuk bermukim di dasaran dahan pintu. 


Kemudian kau berbisik kepada sesiapa, ""Keikhlasan itu pasti diganti dengan hal yang lebih baik di hari-hari berikutnya.""

Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.