Aku Bukan Rumahnya

Aku Bukan Rumahnya


Sehari tak pernah ada kabar sekali pun.

Aku pun tak pernah tau apa kesibukannya.

Kemudian dari situ lah mulai terbangun.

Sebuah opini buruk yang belum tentu kebenarannya.


Tak pernah ku meminta apapun darinya.

Melainkan hanya sebuah kabar saja.

Sulit sangat kah memberikannya?.

Meskipun hanya mengatakan ""Aku sibuk"" saja?.


Setakberharga itukah kehadiranku dihidupnya

Sehingga dia selalu menganggap remeh dan senantiasa mengabaikanku.

Membiarkanku terus menunggu dan menunggu.

Sebuah notif pesan masuk ke dalam ponselku.


Setiap jam, bahkan setiap detiknya.

Aku selalu melirik kearah ponselku berada.

Dengan rasa penuh harap ada notif pesan masuk didalamnya.

Namun, ternyata semua itu hanyalah sebuah angan semata.


Akhirnya, dalam benakku pun berkata:

Mungkin jalan yang kita tempuh sudah tak lagi sama.

Janji-janji yang pernah kita buat bersama, sudah tak lagi berguna.

Perasaan yang pernah kita bangun, sudah tak sehangat dulu kala 


Semakin hari bukan kebahagiaan yang datang menghampiri.

Justru, kesedihan yang kerap datang bertubi-tubi.

Rasa sakit yang terus menggoreskan Luka di hati.

Rasa kecewa yang senantiasa menyelimuti.


Pergi....

Mungkin itu memang jalan alternatif terbaik yang harus ku pilih.

Menghilangkan dan menghapus semua perasaan, kenangan dan janji yang pernah ada.

Mungkin kehadirannya hanya sekedar untuk singgah.

Bukan untuk menetap selamanya.

Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.