https://www.net24jam.com/2021/10/lomba-cipta-cerpen-tingkat-nasional-net.html
Selamat Menikmati Cerpen di bawah ini:
LOMBA PODCAST
Karya : Rita Haryaningrum
Siang itu, sekolah benar-benar sepi. Halaman hijau teduh yang biasanya ramai anak anak terasa hampa. Ruang-ruang kelas tertutup rapat, selasar kelas kosong, kantin tidak berpenghuni. Sudah 8 bulan sekolah menjalani kegiatan belajar mengajar secara daring. Semenjak pandemi Virus Covid 19 melanda dunia dan semakin meluas di Indonesia, siswa belajar dari rumah secara online. Perubahan ini membawa dampak perubahan kebiasaan yang luar biasa. Meskipun siswa belajar dari rumah, guru tetap ke sekolah dengan jadwal 50 % WFO dan WFH.
Hari itu, ruang guru terasa sepi, hanya berisi separuh guru sesuai peraturan yang ditetapkan pemerintah. Kami masing masing duduk menghadap laptop dan hape, mengajar daring sampai jam pelajaran selesai. Setelah itu barulah kami bisa sedikit santai, mengobrol dan menyiapkan media pembelajaran untuk esok.” Lihat nih,” Bu Risma yang duduk di belakangku memulai pembicaraan. “ kalo diabsen semua ikut pelajaran, tapi yang merespon pelajaran hanya sedikit”.” Sama bu, kelas saya juga begitu,” timpal Bu Indri. “ Ya, padahal kalo dilihat di info WA, mereka sudah membaca lho”, Bu Munas menambahi, “ Kenapa ya?” Dan akhirnya semua guru di ruang itu ikut membahas persoalan itu. “Mungkin mereka lelah”, canda Bu Ero menirukan kalimat yang viral. “Mungkin mereka bosan,” kata Bu Atik menambahi. “8 bulan belajar tidak bertatap muka dengan guru, tidak ketemu langsung dengan teman. “Tapi kalau ada tugas, mereka mengerjakan, berarti mereka bisa belajar mandiri”, Bu Indri menjelaskan.
Begitulah suka dukanya pembelajaran daring. Banyak kendala dan masalah yang terjadi. Tapi dalam dunia sekolah biasa ada masalah meskipun dalam pembelajaran tatap muka. Dan tugas warga sekolah, Kepala Sekolah, Guru untuk menyelesaikan masalah tersebut. “ Saya sudah membuat video pembelajaran yang menarik, saya beri animasi yang bagus, biar siswa tertarik,” kata Bu Lisa. “wah, hebat bu,” sahut Bu Arum sambil mengacungkan jempol. “Saya pake Benime untuk membuat tulisan itu, diisi rekaman suara menarik juga,” tambahnya. “Anak-anak pengin saya menjelaskan materi yang tidak dipahami, seperti kalo pas di kelas, jadilah saya buat video saya ngajar di kelas,” Bu Risma ikut menimpali. “Terus yang memvideo siapa bu?” tanyaku. “Saya rekam sendiri bu, pake tripot...ha..ha...,” Bu Risma tertawa ngakak menceritakan pengalamannya saat merekam, HP di tripot merosot, dan ucapan kagetnya yang spontan eh...mlorot...jadi ikut terekam. Ada-ada saja...banyak cerita lucu selama PJJ yang terjadi. Ada siswa yang tidak kenal gurunya, ketika dijapri karena tidak ikut pelajaran, malah dikira temannya dan dijawab dengan baperan.
Saat kita masih berdiskusi masalah PJJ, ada pengumuman di group WA guru. BPTIK Jawa Tengah mengadakan lomba podcast untuk guru mengenai PJJ selama pandemi. Aku membaca wa tersebut, kok pas banget ya dengan pembicaraan ini. Sepertinya menarik juga membuat podcast, ikut-ikutan seperti Dedy Corbusier, Najwa Shihab, Helmi Yahya, tokoh-tokoh yang sering saya ikuti di youtube. Aku melihat pada Bu Risma, guru satu ini selalu banyak cerita mengajar, dan dekat dengan siswa. Tentu banyak pengalaman menarik yang bisa diceritakan. “Bu Risma, ikut lomba podcast yuk,” ajakku. “ Ha?...beneran?,” tanya Bu Risma ragu-ragu. “Ya.” Aku memantapkan. “Timnya berapa orang?” tanya Bu Risma,” ajak siapa lagi?” Kami berdiskusi, dan akhirnya kami mengajak Bu Ero, bu guru cantik, mewakili pengalaman guru muda. Lalu Mas Adit, kami tunjuk sebagai ahli IT untuk membuat videonya. “ Yes...Siip....mari kita mulai” Bu Ero menambahi semangat kami.
Aku menawarkan diri yang jadi host, karena aku sudah punya ide pertanyaan apa yang mau aku sampaikan. Aku sering menjadi MC di sekolah. Dan tugasku di jurnalistik sekolah dan perpustakaan sepertinya mendukung tugas host ini, mewancarai. Bu Risma dan Bu Ero yang menjadi narasumber.Guru-guru yang cantik. Kami mulai membuat skenario. Ramai sekali kami berdiskusi, antusias dan exciting. Ternyata waktu pengumpulan video tinggal seminggu. Kita harus kerja cepat, karena proses editing butuh waktu agak lama. Aduuuh...bisa selesai gak ya.
Hari Sabtu itu kami meluangkan waktu sehari untuk rekaman. Meski hari libur kami semangat untuk ke sekolah membuat podcast. Mas Adit menyetting lokasi dan peralatan rekaman. Ruang perpustakaan sekolah kami pilih untuk syuting. Saya berencana memberi nama Podcast Cahaya Ilmu seperti nama perpustakaan, dan menjadi podcast berseri. Tidak hanya sekali ini untuk lomba, moga-moga bisa lanjut lagi. Peralatan rekaman sangat sederhana, kami hanya menggunakan HP. Semangat kamilah yang membuat semua terasa mudah dan menyenangkan, pengalaman pertama membuat podcast. Rekaman pertama dimulai. “Mengalir saja Ibu-ibu,” Mas Adit memberi kode. “Kalau salah lanjut saja, nanti saya edit”, tambahnya. Dan sampai akhir skenario, beberapa kesalahan terjadi. Kami tertawa-tawa sendiri menertawakan kekakuan dan kesalahan sendiri. Podcast kami menceritakan suka duka Pembelajaran daring. Bu Risma dan Bu Ero menceritakan pengalamannya mengajar dan inovasi yang dilakukan. Mereka lancar bercerita karena itu adalah pengalaman nyata yang dialami. Saya membuat games untuk meramaikan podcast. Seru sekali menurut kami. Tiba-tiba,” Waduh,” Mas Adit memegangi kepalanya sambil melihat hasil rekaman di Hape. “ Kenapa?” bertiga kami menyeru kaget, takut ada kesalahan fatal. “ Hape yang ini tidak mau merekam, jadi kita gak punya rekaman dari sisi Bu Risma,” Mas Adit menjawab lemas. “Terus, gimana?” aku ikut panik. “ Yaa....diulang lagi”. Jawab Mas Adit sambil nyengir. “Ciuss?” Bu Ero manyun melucu. “ayo...gapapa...kita rekam lagi, sekalian membetulkan kesalahan yang tadi”, Bu Risma menyemangati. Dan hari itu, 3 kali kami take rekaman. Hari menjelang sore, ketika kami sudah capek kehabisan tenaga. “Ternyata...jadi artis capek juga ya...mau buat video 27 menit saja shootingnya berkali-kali”, aku melepaskan keluhan. “Makanya honornya mahal!” timpal Bu Risma. Oke...selesai...tinggal proses editing, bagian Mas Adit.
Deadline pengumpulan video tinggal 2 hari. Mas Adit sudah menyelesaikan editing setelah lembur sampai malam malam. Siap dikirim. Prosesnya juga lama. Alhamdulillah akhirnya selesai sudah proses pengumpulan, tinggal langkah berikutnya. Hal yang belum kita ketahui, ternyata seleksi lomba pertama adalah mengumpulkan jumlah like di youtube. Dan proses itu dimulai sejak video diunggah di youtube. Karena kita termasuk yang akhir mengumpulkan, maka batas waktu pengumpulan like jadi lebih singkat. Kami punya waktu 7 hari untuk mengumpulkan like. Maka dimulailah perburuan mencari “like”. “ Kita sebar link di group WA”, Bu Risma mulai mengatur strategi. “Kita mulai dari group sekolah ya, group guru dan group kelas”, aku mengusulkan. “ Saya akan share di group teman-teman SD, SMP, SMA, PT, dan keluarga”, Bu Ero menambahkan. “Siiip...masing-masing juga ya....oh ya, group alumni siswa juga,” Bu Risma menjelaskan. Beliau memang guru yang banyak kenal dengan alumni, dan masih sering berkomunikasi. Beres...sepertinya rencana matang dan like bisa dapat banyak. Dan hari-hari berikutnya kita rajin buka youtube, 100...200...300...400...terasa cepat bertambah jumlah like. “Ibu-ibu....podcast kota lain ada yang sudah dapat 1000 like, lho!” Mas Adit memberi pengumuman yang tidak mengenakkan. “What???” Bu Ero menyeru. “Waduuuh....ayok, kita harus cepat lagi ....japri...” Bu Risma jadi panik. Jari-jari kami bergerak cepat, japri nama-nama yang ada di group. Karena dengan japri lebih efektif menggerakkan orang untuk like. 700...800...1000....siiip....dapat 1000 like di hari ke 5. “ Bagaimana peringkatnya?” tanyaku pada Mas Adit yang memantau video peserta lomba yang lain. “Biar aman, kalau mau masuk 10 tertinggi perolehan like harus 1700 bu”, jawab Mas Adit setelah menganalisa.”Masih kurang banyak? “ tanya Bu Risma.” Oke, sekarang minta tolong suami, keluarga, kakak, adik, teman untuk minta like juga ke teman-temannya”. Dan mulai lagi usaha kita mencari like. Sampai akhirnya batas waktu ditutup, 1500 an like kita dapat.”Kapok aku, kalau lomba seleksinya pakai jumlah like gini, belum dilihat juri kualitasnya”, aku mengeluh lagi. “Ya bu, bukan dipilih dulu yang bagus, baru dipublish untuk mencari like ya”, Bu Ero juga sependapat. “Gak papa teman-teman, kita sudah berusaha, dan jadi punya banyak pengalaman. Yang penting kita sudah punya podcast di youtube”. Bu Risma menenangkan. “Ya bu, kemarin itu akhirnya kita malah jadi silaturahmi dengan teman-teman yang tidak pernah ketemu”, Bu Ero menceritakan pengalamannya dijapri teman lama dan bahkan dosennya. “Ya, betul...teman-teman lama, saudara, jadi ikut mendukung kita, rasanya senang sekali”, aku menimpali. “Naah...berarti ada hikmahnya juga kita ikut lomba ini, punya pengalaman yang luar biasa...”,kata Bu Risma.
Seminggu berlalu. Hari –hari kami sibuk dengan memantau perolehan like, dan menyebar info kemanapun. Usaha tanpa henti, semangaaat!. Dan sampai batas akhir pengumpulan like. Pagi harinya banyak yang japri ke kami sudah tidak bisa membuka video di youtube lagi. Yaah, ternyata panitia sudah menutup akses untuk like. Sedikit kecewa, tapi mau bagaimana lagi. “Ibu-Ibu, sudah ada pengumuman 10 video yang terpilih”, Mas Adit menyampaikan hasil pengumuman. Dan ternyata peringkat 10, mendapat like 1600 an...” yaaa....sedikit lagi, bisa”, kata Bu Ero.” Kalau waktunya lebih panjang, mungkin kita bisa”, sesalnya.Tapi begitulah hasil lomba. Video podcast kami tidak lolos seleksi pertama dari jumlah like. Heran juga bagaimana peserta lain bisa dapat banyak like ya? Kami berempat sudah share ke group masing-masing, tapi ternyata belum maksimal. Kalau begini jadi salut dengan para youtuber yang subscribernya sampai jutaan...wow...Bang Atta, Ricis, Baim, Om Deddy...salut deh...memang top usahanya. Tapi kami tidak merasa kecewa. Pengalaman yang kita dapatkan jauh lebih menyenangkan. Dan sampai sekarang, podcast kami masih tersimpan di youtube, akan menjadi jejak digital kami sampai kapanpun.
Identitas Penulis
Nama : Rita Haryaningrum
Alamat : Perum Wirabaru 2 Blok R.6 Wiradesa Kab. Pekalongan,Jawa Tengah
No HP : 085869015085
"
EmoticonEmoticon
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.