JENNAIRA - Kumpulan Cerpen

 










Selamat datang di Lintang Indonesia. Di bawah ini adalah salah satu cerpen dari peserta Lomba Cipta Cerpen Tingkat Nasional Net 24 Jam. Cerpen ini lolos seleksi pendaftaran dan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Sebuah Cerita Tentang Kepergian". Klik link di bawah ini untuk informasi lomba: 

https://www.net24jam.com/2021/10/lomba-cipta-cerpen-tingkat-nasional-net.html


Selamat Menikmati Cerpen di bawah ini:


 JENNAIRA

Oleh Nasyiatul Laily


“Aku sangat menikmati kesendirian, tapi aku juga ramah dan sosial. Kadang pendiam, kadang berisik. Kadang tidak ada yang ingin dikatakan dan kadang blak-blakan, aku membaca energi dan menyesuaikannya”.

Dia lah Jennaira seorang gadis remaja yang lebih dikenal ceria di kalangan teman-temannya. Walaupun demikian Jennaira sama dengan remaja lainnya, dimana dia juga memiliki 1 teman yang menjadikan dirinya begitu terbuka, Hanania namanya. Bahkan takdir pun turut serta dalam nama mereka yang memiliki  pengucapan yang sama.

“Aku sahabat kamu kan Nai?” Hanania menopang dagu dengan tangan kiri sementara tangan kanannya merangkul leher Jennaira disertai senyum yang menampakkan gigi kelincinya.

“Apa yah? Kenapa aku harus jawab pertanyaan yang ngga penting” Jennaira menyingkirkan tangan Hanania 

“Issshh kamu mah” rajuk Hanania

“Sahabat atau temen di mataku itu sama Hana, jangan mudah menyimpulkan hanya karena kedakatan. Oke cantiik?” Jennaira menepuk pelan pundak Hanania

“Iya oke aku tau, tapi Nai pertemanan atau persahabatan orang-orang di luar sana selalu dibumbui dengan curhat, dan kamu? Mana ada curhat tentang keluh kesah ke aku” ujar Hanania meminum jus alpukatnya

“pengen sih tapi gimana, temen ku ini diajak curhat malah adu nasib” Jennaira dengan raut terdzolimi, mendapat gelak tawa Hanania disertai kepalanya yang bergerak ke atas bawah menyetujui perkataannya.

Matahari telah sepenuhnya tenggelam, langit jingga pun kian menghitam. Mereka berdua memutuskan untuk pulang ke Rumah masing-masing. 

Sesampainya di Rumah, Jennaira bergegas mandi kemudian menunaikan sholat maghrib. Dirinya yang merupakan anak bungsu selalu mendapat batasan untuk keluar terutama oleh kakak sulungnya yang tengah merantau di kota orang.

“Aaaah nikmatnya berbaring” Jennaira merebahkan diri di kasur kebanggannya sambil menonton drakor bergenre action.

 Jennaira kerap kali menggunakan gamis, namun perilakunya tak seanggun pakaiannya. Dia hanya tengah berusaha memperbaiki diri agar bisa bersanding dengan calon imam yang paham akan jalur menuju jannah, namun dia akui dirinya baru setengah ukhti setengah kunti, setengah sadar setengah bar-bar.

 Terbukti dari jawaban teman-temannya ketika dia bertanya “ aku feminin atau tomboy?” mereka kompak menjawab “bingung, dibilang tomboy kamu pakai gamis dan dibilang feminin tapi petakilan.

“mau bakso ngga Nai?” tawar ibu di depan pintu

“Engga bu, tadi udah makan sama Hana” jawab Jennaira tanpa mengalihkan fokusnya dari benda yang di pegangnya.

Malam semakin larut Jennaira masih asik dengan dunia drakor, suara tetesan air terdengar  bersautan di atas genteng begitu pun suara angin yang menggoyangkan dedaunan di depan rumah.

“bu” panggil Jennaira

“Iya, kenapa?” saut ibu dari dapur

Tanpa menjawab Jennaira lekas berlari kecil ke Dapur untuk menuntaskan rutinitas kamar mandi sebelum tidur, wudhu untuk sholat isya serta mengambil minum untuk dibawa ke kamar.

Setelah semuanya selesai Jennaira kembali menaiki kasur  tak lupa menarik selimut dan guling di kedua sisi badannya, menyalakan data seluler kemudian berselancar di media sosialnya.

 Tidak ada chat istimewa, hanya terdapat beberapa notifikasi like dan komen pada postingannya, tiba-tiba teringat akan satu nama yang dulu senantiasa menemaninya bersosial media di kala sepi. Tanpa terasa air matanya menetes begitu saja, segera dia hapus karna tidak ingin meninggalkan jejak.

Bak suatu keajaiban atau hanya kebetulan terdapat notifikasi chat masuk darinya,

Mayta: Masih di Rumah Nai?

Jennaira: Masih

Mayta: ngga ke kota lagi?

Jennaira: ntar kalau ada panggilan kerja

Mayta: emang lamar kerja di mana?

Jennaira: kota yang sama kayak dulu 

Mayta: (read)

Jennaira melemparkan ponselnya, mengubur badannya dalam selimut sepenuhnya.

Dirinya rindu ke sibukkan bekerja dan yang paling dirindukan adalah gaji, selesai sekolah Jennaira memutuskan untuk tidak lagi minta uang ke orang tuanya. Namun sekarang Jennaira telah menyandang status pengangguran semenjak dirinya kena PHK terdampak covid.

Sementara Mayta adalah orang yang pernah Jennaira sebut sebagai sahabat, dan Mayta juga yang merubah makna sahabat dan teman menjadi sama. Dulu baik Jennaira ataupun Mayta akan protes jika chat hanya terdiri dari beberapa kata, namun sekarang keadaan telah berubah. 

Jennaira tidak pernah membencinya, hanya saja perbuatan Mayta tidak bisa di lupakan begitu saja. Setiap kejadian akan mengajarkan sesuatu, jika menyakitkan sekalipun masih ada hal positif dibaliknya, seperti itulah Jennaira mencegah rasa benci.

Disibakkannya selimut yang menutupi tubuh, diraihnya buku dan pena. Jennaira perlu mengungkapkan isi hatinya melalui coretan pena. Sudah lama rasanya tidak goyang pena, namun jari jemarinya tetap lihai menari di atas kertas mengikuti suara hatinya, tanpa terasa air mata kembali hadir. Bagaimana bisa dia turut memupuk isi hatinya sekarang.

“Nai ada yang kamu pikirkan?” tanya ibu duduk di tepi ranjang

“Ngga papa kok bu, ini lagi nulis aja” sesegara mungkin Jennaira menghapus air matanya, tak lupa memasang senyum di bibirnya

“hmmm terkadang ibu berharap kamu kembali jadi bayi, dengan begitu ibu hanya perlu menenangkanmu, bukan melihatmu menahan tangis seperti ini” usap ibu di lengan Jennaira

“hahaha apa si bu, aku ngga papa kok. Bener deh” tawa Jennaira berharap ibu percaya

“ya udah, jangan kemalaman katanya besok mau lari pagi” ibu meninggalkan kamar, Jennaira balas dengan acungan jempol.

Dibalik pribadinya yang dikenal ceria Jennaira memiliki duka mendalam di buku catatannya, karena bagaimanapun dia tidak ingin menambah beban orang tua karena rasa khawatir akan masalahnya. Sementara temannya tentu saja Jennaira berpikir setiap orang memiliki masalah masing-masing bagaimana mungkin dirinya menambah masalah.

“Nai banguuuun, kebo bener si tidurnya” Hanania menggoyang lengannya berkali-kali

“Berisik banget” Jennaira mencari guling untuk di peluk

“Katanya mau lari pagi, udah jam 6 ini woy” teriak Hanania menarik guling

Mata Jennaira terbuka lebar, tanpa pikir panjang dirinya langsung bangun dan berlari ke depan pintu.

“Hanaaaaaaaaa” teriaknya begitu menyibak gorden langit masih gelap ditambah jam baru menunjukkan pukul 5 pagi, sementara Hana hanya tertawa terbahak-bahak.

Bagaimana bisa Hana menggunakan jurus emak-emak membangunkan anaknya ke sekolah, di sepanjang perjalanan Jennaira masih kesal dibuatnya alhasil lari lebih kencang karena ingin mengerjai Hanania.

Di rasa Hanania tertinggal jauh barulah Jennaira memelankan langkahnya, dari kejauhan matanya melihat seseorang yang dia kenal tengah berlari dengan adiknya, beruntung Hanania berhasil menyusul.

“parah banget sumpah, tega kamu mah udah kayak ibu tiri” Hanania mengatur napas dan menarik tangannya agar duduk di tepi jalan

“payah niih” Jennaira membuka botol minum

Ternyata Mayta dan adiknya berlari ke arahnya, Jennaira memutuskan untuk berpura-pura sibuk dengan ponselnya, namun jauh dilubuk hatinya dia berharap Mayta akan duduk atau sekedar menyapa tapi yah harap menimbulkan kecewa.

“nai, mayta kok diem aja” tanya Hanania begitu Mayta sudah jauh

“mana aku tau, ya udah si terserah dia” Jennaira tersenyum

“Dulu kalian deket banget, aku tau cerita dibalik ini Nai. Kamu ngga mau maafin dia?” Hanania menatapnya serius

“Jauh-jauh hari aku udah maafin tapi untuk lupa entahlah terasa sulit, kamu tau Han terkadang lebih baik menghilang dari pada mengulang. Aku menjauh untuk meindunginya” terang Jennaira 

“Kamu melindunginya secara diam-diam tapi dia menghancurkanmu secara terang-terangan, coba deh jangan lindungi orang lain mulu. Lindungi  diri kamu sendiri sebelum melindungi yang lain” nasehat Hanania

“Makasih udah ngingetin, tapi kamu ngga akan tau bagaimana rasanya menjadi manusia perasa, pemikir dan khawatir. Bahkan sebelum aku menyalahkan orang lain, aku lebih dulu menyalahkan diriku sendiri” Jennaira menatap sang mentari yang mulai nampak

“oooooowh Jennairaaa, sesuai arti nama kamu calon penghuni surga yang bersinar. Di Dunia pun kamu udah bersinar” Peluk Hanania sementara yang dipeluk meronta minta dilepaskan karena geli.

“ Aku tuh terhura pengen peluk, kamu mah iih. Tapi Nai orang-orang suka kamu. Kamu tuh baik” Hanania meyakinkan

“kata siapa? Mereka suka versi diriku yang sengaja aku buat untuk berinteraksi dengan mereka” senyum Jennaira menampakkan lesungnya

“Ya udah kenapa kamu ngga jadi diri kamu sendiri?” heran Hanania

“HAHAHAHAHAHAHHAAA”  Jennaira meninggalkan Hanania yang kemudian di susulnya."


Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.