https://www.net24jam.com/2021/10/lomba-cipta-cerpen-tingkat-nasional-net.html
Selamat Menikmati Cerpen di bawah ini:
"-Roshela-
Roshela, gadis belia yang baru saja beranjak dewasa. Meskipun usianya tidak lagi muda tetapi dirinya tidak pernah ambil pusing perihal kenyataan bahwa usianya sudah lebih dari kepala dua. Ditahun dirinya genap berusia 22 tahun dia berhasil meraih gelar sarjananya dan memperoleh pekerjaan sesuai dengan ijazah yang dia miliki. Che-che sapaan akrabnya, banyak yang mengenal bahkan dekat dengannya tapi sedikit dari mereka yang mengerti dan mengenalnya dengan baik. Seperti wanita karir pada umumnya kegiatan yang dia lakukan stiap harinya adalah bekerja dan mengerjakan kewajibannya.
Che-che adalah perempuan periang dan jarang menampakan kesulitan dihidupnya kepada rekan bahkan keluarganya sendiri. Sejak dirinya duduk dibangku sekolah menengah kejuruan dia sudah dekat dengan teman kelasnya yang bernama Fian bahkan bisa dibilang mereka memiliki hubungan yang lebih dari teman. Kedekatan mereka juga sudah banyak diketahui oleh teman-teman yang lain, hingga menimbulkan rumor bahwa mereka memiliki hubungan khusus. Rumorpun menyebar dengan cepat, tak selang beberapa lama dari tersebarnya rumor kedekatan mereka, akhirnya mereka memberanikan diri untuk mengakui bahwa memang ada sesuatu diantara mereka. Hubungan yang mereka jalanipun berlanjut hingga mereka berdua sama-sama lulus dari bangku SMK. Setelah keduanya lulus lantas mereka melanjutkan hidup masing-masing dengan bekerja dan tinggal didaerah yang berbeda hubungan mereka terpisah oleh jarak. Hubungan jarak jauh yang mereka jalani hanya berlangsung tidak lama hanya sekitar 1tahun hingga akhirnya mereka berdua memutuskan untuk kembali kekampung halaman dan melanjutkan pendidikan.
Che-che tertarik untuk melanjutkan belajar dibidang pendidikan sedangkan Fian mengambil jurusan yang berbeda. Meskipun mereka melanjutkan pendidikan dikota yang sama tetapi mereka berkuliah dikampus yang berbeda, tidak ada alasan khusus kenapa mereka memilih kampus yang berbeda bagi mereka masih bisa sering bertemu dan menghabiskan waktu bersama saja sudah lebih dari cukup. Hampir disetiap hari libur kelas atau jam kosong mereka saling menghampiri datang kekampus satu sama lain, hanya sekedar bergurau ataupun mengobrol mengabiskan waktu luang, setelah itu kembali lagi melanjutkan rutinitas masing-masing. Hubungannya bersama Fian dari hari kebulan ketahun semakin menampakan progres yang positif, dimana mereka sudah mampu berfikir serius tentang mau dibawa kemana hubungan ini. Merekapun bersepakat untuk menyelesaikan pendidikannya dan mewujudkan impian untuk hidup bersama.
Ditengah kemesraan yang sering terlihat oleh banyak mata menimbulkan kecemburuan dan rumor yang kurang sedp untuk mereka dengar, walaupun begitu mereka tetap menikmatinya. Hingga disuatu waktu salah satu dari mereka tertangkap basah tengah menghianati kesepakatan yang sudah mereka sepakati, iya.. Fian menduakan Che-che, saat itu Che-che kecewa, sedih ingin marah emoshinya sudah tidak dapat terbendung lagi, disisilain che-che adalah perempuan yang tidak bisa menerima sebuah alasan sekuat tenaga Fian menjelaskan membawa bukti dimata Che-che itu hanya alybi sebagai pembenaran dirinya saja, karena tertangkap basah melakukan sebuah kesalahan. Hubungan yang semula baik-baik saja mendadak menjadi dingin dan seolah hambar. Che-che menjadi sedikit pemurung dan cuek terhadap Fian. Didalam hatinya masih menyimpan banyak sekali tekateki, pertanyaan perihal kenapa Fian bisa-bisanya berbuat hal serendah itu?. Walaupun adanya permasalahan yang sedang menjerat hubungan mereka, hubungan mereka sebagai pasangan sejoli tidak lantas berakhir, mereka kembali bersepakat bahwa tidak akan ada lagi kejadian seperti itu kedepannya. Meskipun dengan adanya keadaan tersebut Che-chemenjadi tidak lagi bisa mempercayai Fian sepenuhnya.
Kepercayaan yang pernah digoyahkan keberadaannya oleh sebuah penghianatan akan sulit kembali pulih. Che-che merasa apakah dia masih sanggup untuk bertahan dikeadaan yang seperti ini”. Penuh keraguan dalam dirinya karena sesuatu yang pernah retak akan tetap meninggalkan bekas. Sekuat dirinya bertahan dan mencoba membenahi hatinya, meyakinkan bahwa hal itu tidak akan terulang kembali. Fian tidak pernah letih untuk memintanya untuk kembali merapihkan hati dan menjalani segalanya dengan indah tanpa mengingat hal yang pernah terjadi. Sebenarnya mudah bagi Che-che untuk memaafkan, bahkan disetiap harinya Che-che mencoba untuk memaafkan dan melupakan luka yang dia rasakan, karena jujur saja perasaan kecewa itu menyakitkan untuk dirinya sendiri. Che-chepun selalu berfikir untuk berusaha sekuat tenaga menghindari hal yang mungkin bisa membangkitkan perasaan kecewa yang dia rasakan. Mereka sama-sama menginginkan semua kembali normal dan baik-baik saja. Merekapun berusaha kembali ketitik dimana hanya ada bahagia dan ribut-ribut kecil layaknya dua sejoli yang sedang berbunga-bunga. Mencoba sedikit menyingkirkan ego dan disisi lain hati mereka juga lelah merasakan kecewa.
Dihubungannya yang berusia hampir lima tahun lamanya mereka dihadapkan sebuah permasalahan yang lebih rumit dari tahun-tahun sebelumnya, dan menyebabkan mereka mengadakan sebuah acara pertunangan. Acara ini juga sebagai pembuktian seberapa serius Fian menjalin asmara dengan Che-che. Mereka bertunangan tepat satu minggu setelah Che-che berhasil menyelesaikan pendidikannya dan meraih gelar S .Pd. baginya tunangan yang mereka lakukan dihari itu adalah kado terindah dari tuhan atas penantian dan banyaknya permasalahan yang dihadapi, dan kepercayaanya terhadap Fian yang sempat luntur dan menyisahkan kekecewaan. Meskipun demikian, rasa kecewa yang Che-che rasakan tidak bisa hilang begitu saja, terkenang persoalan yang melibatkan pihak ketiga yang pernah menjerat mereka. Dari hari itu mereka melakukan prosesi pertunangan dan terasa sangat lengkap kebahagiaan mereka, khususnya yang dirasakan oleh Che-che dia merasa menjadi perempuan yang kembali bisa merasakan kebahagiaan yang berhasil Fian ciptakan dengan mommen ini. Che-che merasa Fian adalah lelaki yang tepat untuk dijadikan panutan, Fian adalah sosok yang sangat dia idamkan. Sifatnya yang lembut, pengertian, perhatian dan selalu ada untuk Che-che dikeadaan apapun mampu meluluhkan hati Che-che.
Tapi sayang kebahagiaan itu tidak berlangsung lama. Keburukan demi keburukan yang Fian lakukan terbongkar satu persatu, tuhan seperti sedang menunjukan kepada Che-che bahwa Fian hanyalah manusia biasa dimana dia bisa saja melakukan kesalahan bahkan mengulang kesalahan yang sama. Semua fakta yang terkuak membuat Che-che tidak lagi mampu bertahan dan untuk menahannya, hingga Che-che jatuh sakit. Hatinya hancur berkeping-keping tidak lagi ada celah untuknya menerima maaf bahkan dirinya sendiripun tidak yakin bisa kembali menerimanya untuk kembali, untuk mereka saling memperbaiki keadaan yang sudah terlanjur rusak. Fian hanya bisa menangisi perbuatannya dan mungin penuh dengan penyesalan akan tetapi sudah tertutup rapat penuh sesak hati Che-che dengan kebencian.
Che-che tidak bisa memungkiri perasaannya bahwa masih ada Fian didalam hatinya, tetapi perasaan kecewa yang sudah terlanjur menetap dihatinya membuatnya enggan untuk meneruskan dan memilih untuk menghentikan semua drama kecewa selama ini. Che-che hanya berharap suatu saat akan tiba waktunya dia mampu meredakan rasa kecewa yang menyekik dirinya. Kini hari-harinya hanya dia habiskan untuk membahagiakan diri menyenangkan hatinya dan sedikit melupakan segala hal yang menyesakkan untuknya. Sebisa mungkin dia membuang segala hal yang mampu membangunkan rasa kecewa didalam hatinya. Dia sempat kehilangan dirinya dan dia berfikir untuk tidak mengalami hal bodoh untuk kedua kalinya, dia menyadari bahwa kehilangan Fian bukanlah akhir dari kehidupan yang indah, melainkan sebagai awal dari terbukanya hal baru yang menarik untuk dinikmati. Che-che tetap tamoak waras bagi lingkungannya tanpa mereka ketahui bahwa segala yang pernah dirinya alami secara tidak langsung menghantam mentalnya. Sekuat tenaga Che-che tampak kuat dan tegar seakan tidak ada hal berarti yang telah dirinya lewati, dia mencoba membuktikan bahwa keputusannya tidaklah keliru, bahwa memilih bahagia sendiri adalah pilihan yang aman untuk mentalnya saat ini. Memilih berada dilingkungan yang positiv-Vabs membuatnya semakin bahagia dan untuk sejenak dia mampu melupakan luka didalam hatinya.
Tidak pernah terlintas didalam benak Che-che bahwa hal ini akan benar terjadi dimana, sebuah perpiahan dan penghianatan, kenyataan bahwa hubungan mereka harus berakhir adalah keadaan yang menjadi pukulan terbesar dan harus diterima dengan kelapangan olehnya. Hari berganti hari, bulan berganti bulan rasanya mulai terbiasa tanpa keberadaan Fian didalam setiap cerita yang Che-che lakukan. Tidak pernah terfikirkan, saya bisa sampai dititik ini- dikeadaan dimana ada atau tidaknya dirinya saya tetap merasa baik-baik saja, bahkan mengingatnyapun tidak. Lantas memang benar bahwa hanya waktu yang mampu menjawab tentang segala rasa yang membelenggu. Satu tahun berlalu dengan segala luka dan air mata bahkan candaan palsu itu telah benar-benar berlalu, hari ini tepat satu tahun usia pertunangan kita dan saya masih bisa bertahan tanpa luka fisik yang berarti dengan mata berkaca-kaca saya pandangi cincin cantik ini dan bergumam didalam hati,Hi how are you?,(Saya rasa saya benar-benar sudah bisa memaafkan diri saya sendiri dan saya sudah mampu menerima segala hal yang terjadi). Perasaan yang saat ini dia rasakan sangatlah wajar melihat betapa keras uahanya untuk mengembalikan kebahagiaan didalam hatinya. Dia pantas bahagia dia harusnya menyerahkan segala ketulusan perasaannya untuk seseorang yang memang pantas mendapatkannya. "
EmoticonEmoticon
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.