Selamat menikmati puisi di bawah ini:
"“Suratan Tangan Tuhan Untuk Takdir Hidupku”
Ku duduk di pinggiran jalan
Menatap langit yang meneteskan air matanya deras
Menghirup aroma petrichor yang diciptakan hujan
Mengambang dalam kebisuan dan harapan
Dalam lamunan aku menangis
Dalam ilusi aku berharap
Dalam doa aku memohon
Dalam dunia aku hampir menyerah
Mejauh dan terus menjauh
Hanya diselimuti kata,”Bertahanlah”
Dikucilkan dan terus dikucilkan
Hanya diselimuti doa,”Tuhan kapan aku bahagia?”
Sebatang kara yang selalu terhina
Kehilangan sosok pundak kokoh yang tak akan pernah kembali
Kehilangan kasih sayang seorang cinta pertama
Merasa tak berati untuk siapa siapa
Dengan lusuh nan kotor
Kumenapak dinginnya malam
Mengelus tangan menelusuri jalan
Mendengar dentuman dan alunan malam panjang
Dalam anganku aku berharap
Menjadi selimut dan sayap pelindung
Menghangatkan sadisnya kenyataan dunia
Melindungi orang orang kecil yang hampir tandas hidupnya
Pada Sang Pencipta,aku berdoa...
Dengan lirih harapan dari sisa keyakinanku
“Apakah aku tak berhak bahagia?’
“Apakah aku tak berhak merasakan hangat dunia?
Salam dari keyakinanku yang hampir tandas tak tersisa...."
EmoticonEmoticon
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.