Selamat menikmati puisi di bawah ini:
Semesta Yang berduka
Sunyi
Jalanan itu lengang
tak berpenghuni ...
Tak lagi terang,
bak keramaian tiba-tiba menghilang ...
Kukira selamanya bising,
ternyata sekejap bisa tenang..
Tidak terjeda
Seperti kehilangan seratus dua ratus juta jiwa bukanlah apa apa ...
Tak hanya aku,
yang berharap ini adalah mimpi
Sempat tak terima
meski kutahu ia nyata
Bumi pun seakan mengakui, bahwa semesta kini tengah berduka ...
Tidak ada kepastian, bahwa tak ada kehilangan lainnya..
Manusia-manusia yang tengah berjuang, akhirnya dipaksa terjeda..
Mereka bersembunyi, berharap esok semesta segera pulih ..
Namun, hari tlah pergi dan tahun demi tahun silih berganti
Jeritan Kelaparan
Luka kehilangan
Menangisi keadaan
Menyatu Dalam atap kepasrahan..
Duka duka akhirnya diterima
dalam keikhlasan..
Yang tlah pergi, dibiarkan tenang..
Dan yang masih ada, dihargai keberadaannya..
Saat ini kami hanya tersisa untuk bertahan..
Karena mempertanyakan kuasa
Sang Pecipta juga tidaklah benar..
Dan memilih menyerah,
artinya memilih kalah...
EmoticonEmoticon
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.