Selamat menikmati puisi di bawah ini:
Ranting Kering
Kami yang kini terdiam antara Tersenyum-Menangis
tidak bisa teriak “sejahtera” dan kapan akhir pandemi.
Tapi siapakah yang mau mendengar deru kami,
terbayang kami maju dan berdegap hati?
Kami bicara sendiri dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami hidup seakan mati. Yang tinggal tulang diliputi mimpi.
Lihat, lihatlah kami.
Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, pandemi bertambah bak penjajah.
Kami cuma ranting-ranting berserakan
Tapi kami adalah rakyatmu,
Kaulah lagi yang tentukan hijaunya ranting-ranting berserakan ini,
Atau jiwa kami berjuang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan atau tidak untuk apa-apa,
Kami sekarang ranting kering,
Berikan kami hijaunya kehidupan.
"
EmoticonEmoticon
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.