Selamat menikmati puisi di bawah ini:
Malangnya Nasib Adinda
Tuhanku, sungguh malang nasib adinda
Dikesunyian, termenung ia menatap senja
Ia Hidup lara sebatang kara
Tak tahu akan arah tujuannya
Air mata membanjiri pelipisnya
Terisak ia renungi nasibnya
rasa lapar terus menyiksa perut mungilnya
Sungguh derita di atas derita baginya
Tuhanku, terenyuh hati ini melihat adinda
Kolom jembatan menjadi persinggahanya
Langit menjadi atap yang menaunginya
Tanah dan serakan sampah menjadi alas tidurnya
Tangan kecilnya dipenuhi oleh butiran debu jalanan
Goresan-goresan luka nampak jelas dibadan
Kulitnya hitam legam karena sang surya
Sungguh prihatin melihat keadaannya
Tuhan
Ingin sekali hamba ulurkan tangan
Namun hamba tak dapat berbuat apa
Hamba juga bukanlah orang yang berada
"
EmoticonEmoticon
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.