Selamat menikmati puisi di bawah ini:
"Singgasana terbatas
Lirih terdengar auman luka pengais aksara nan terbata
Mengeja singgasana ilmu yang seharusnya beranah malah bernanah
Santun digemborkan menjadi ketua, kini tak dilihat apalagi dipilah
Ku kembalikan anak didikku kepada walinya yang sibuk mengais nafkah
Hai! Kumudahkan kau lewat kabelku, tapi nyatanya?
Dilihat mudah, dirasa susah, akhirnya makin terseok tak berdaya
Asa menggugu dan meniru terhalang layar kaca menjadi angkara
Terkumpul selembar buku, teraih sebiji ilmu, namun kabur akhlakku
Nampak lagi semai tong kosong sok pakar yang mendewa
Enggan nampak, enggan berbisik, apalagi sekedar pasang telinga
Semesta berpihak seraya terjeda jejaring sinyal dan media, katanya
Jika begini, kemana janji harapan pemimpin edukasi akan dibawa?
Titimangsa kemafhuman jarak jauh semakin mengusang dan mengasing
Terjerembap makin tak terlihat dalam borok kemalasan yang meradang
Anak bangsa butuh model nyata bukan hanya seloroh ceramah
Lekas pulih pendidikanku agar pilumu tak semakin membiru
Lamongan, 19 April 2021"
EmoticonEmoticon
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.