Selamat menikmati puisi di bawah ini:
"Kepada Bapak
Kepada, Bapak.
Seseorang yang seharusnya menjadi cinta pertama anak perempuannya.
Namun, maaf Pak.
Hal itu ternyata tidak pernah terjadi.
Kepada, Bapak.
Dinginnya perlakuan dunia harusnya berhasil engkau hangatkan.
Namun kenapa, Pak?
Hal itu ternyata juga tidak pernah terjadi.
Kepada, Bapak.
Dahagaku akan cinta dan rasa sayang dari seorang lelaki harusnya terlebih dahulu tercukupi.
Namun sekali lagi tanyaku, Pak.
Hal itu kenapa tidak pernah kurasa?
Pak, ego menjadikan langkahku menjauh.
Begitu jauh hingga aku lupa.
Lupa bahwa, aku tetaplah gadis kecil milik Bapak.
Lupa bahwa, aku tak kan pernah ada di dunia ini tanpa cinta dari Bapak.
Hatiku tertutup begitu rapat.
Hingga tak mampu melihat kasih sayang Bapak.
Egoku terpelihara sangat kuat.
Hingga tak mampu mengenali isyarat rindu Bapak.
Bapak...
Seratus hari sudah ku menenun rindu.
Berharap semesta masih bisa mengizinkanku memelukmu.
Berharap dunia masih menghendakiku, biar sekedar untuk mencium tanganmu.
Bapak...
Rindu apa sekejam ini?
Bahkan untuk memandangi senyum manismu saja tak boleh?
Sekedar mengucapkan aku menyayangimu saja tak boleh?
Bapak...
Maaf membiarkanmu merindukanku terlalu lama.
Kini rinduku pun begitu menyiksa.
Semenjak engkau tak lagi menemuiku di dunia."
EmoticonEmoticon
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.